Ini adalah materi tentang KKO, biasanya kalo mahasiswa kayak kita yang lagi
kuliah pasti seputar buat RPP, Silabus, DLL. Nah dalam menyusun RPP dan silabus
pasti butuh banget yang namanya KKO. Berhubung banyak sekali sumber ini aku
share dari beberapa sumber.
Kata Kerja Operasional untuk
pengembangan Indikator pada Silabus dan RPP
Kata Kerja
Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP
berdasarkan taksonomi Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian
kompetensi dasar, KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan
sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan,
potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi.
Taksonomi Bloom pertama kali disusun
oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi
kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam
tiga domain, yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan:
- Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar;
- Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
- Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Daftar kata kerja operasional dengan
tiga ranah yang biasa dipergunakan untuk menyusun indikator.
A. Ranah
Kognitif
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional (terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya konsep, hukum, kaidah dll.
Indikator kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional (terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya konsep, hukum, kaidah dll.
- Pengetahuan (C1) : Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis
- Pemahaman (C2) : Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
- Penerapan (C3) : Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan
- Analisis (C4) : Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer
- Sintesis (C5) : Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi, Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
- Penerapan (C6) : Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan
B. Ranah
Afektif
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu, indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.
Indikator afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu, indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya: bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi dll.
- Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi, Menganut, Mematuhi, Meminati
- Menanggapi : Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika, Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak
- Menilai : Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan, Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang
- Mengelola : Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan, Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
- Menghayati : Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi, Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan
C. Ranah
Psikomotor
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur, membuat, dll.
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur, membuat, dll.
- Menirukan (P1): Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan, Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil, Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi
- Memanipulasi (P2): Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang, Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi, Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur
- Pengalamiahan (P3): Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim, Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur, Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus
- Artikulasi (P4): Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan, Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel, Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang
Contoh penggunaan Kata Kerja
Operasional dalam pengembangan silabus RPP
Dalam menyusun indikator, yang perlu
bapak ibu petakan adalah konsep berpikir siswa dari yang mudah ke sukar, teori
ke praktik, dan seterusnya. Yang terpenting adalah Bapak ibu dalam menyusun
kata kerja operasional harus runut dan berjenjang seperti contoh yang saya
sebutkan diatas.
Berikut adalah contoh indikator
dalam pengembangan RPP
BESARAN dan
SATUAN
Kelas : X
Waktu : 45 menit
Model Pembelajaran : CTL
Metode : Eksperimen
Standar kompetensi:
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
Kompetensi dasar:
Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu).
Indikator:
Kelas : X
Waktu : 45 menit
Model Pembelajaran : CTL
Metode : Eksperimen
Standar kompetensi:
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
Kompetensi dasar:
Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu).
Indikator:
- Siswa membandingkan pengukuran massa dengan indera dan neraca
- Siswa mensimulasikan cara mengukur massa suatu benda.
- Siswa menemukan konsep massa.
- Siswa menghitung massa jenis suatu benda.
Alat dari kit guru:
- Kit neraca
- Bola dan balok
- Botol air
Kata Kerja
Operasional untuk pengembangan Indikator Silabus dan RPP berdasarkan
taksonomi Bloom
dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Taksonomi Bloom pertama kali disusun
oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi
menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi
kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu:
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan:
Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat
melalui kata kerja yang digunakan dalam Kompetensi Dasar;
Karakteristik mata pelajaran, peserta
didik, dan sekolah;
Potensi dan kebutuhan peserta didik,
masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Kata Kerja Operasional Dengan Tiga Ranah Yang Biasa Dipergunakan Untuk
Menyusun Indikator.
Ranah Kognitif
Indikator kognitif proses merupakan perilaku
(behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan
keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan perilaku
siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja operasional
(terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA misalnya
konsep, hukum, kaidah dll.
Tipe Hasil Belajar Pengetahuan (C1)
Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai
terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun
demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk
pula pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan atau untuk diingat
seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama
tokoh, nama-nama kota dll. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah
tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar
bagi pengetahuan atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Ada beberapa cara untuk
dapat mengingat dan menyimpannya dalam ingatan seperti teknik memo, jembatan
keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil
belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun,
tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.
Hafalan menjadi prasarat bagi pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang
ilmu, baik matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa. Misalnya
hafal suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut;
hafal kata-kata akan memudahkan membuat kalimat (Dharma, 2008).
Ada beberapa cara untuk mengingat dan
menyimpan dalam ingatan yaitu teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan
kemudia, dan membuat singkatan yang bermakna. Untuk menyusun item tes
pengetahuan hafalan yaitu tipe melengkapi, tipe isian, dan tipe benar salah.
Karena lebih mudah menyusunnya, orang banyak memilih tipe benar salah (Sudjana,
2005:24).
Mengetahui merupakan proses kognitif
paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi
bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan
aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan
terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali
(recognizing) dan mengingat (Widodo, 2006). Kata operasional mengetahui yaitu
Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi,
Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan, Menamai,
Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru, Mencatat, Mengulang,
Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi
kode, Menelusuri, Menulis.
Manfaat pertanyaan ingatan yaitu:
Kategori ingatan/pengetahuan masih
diperlukan oleh tingkat berpikir yang lebih tinggi. Kita tidak bisa menyuruh
siswa untuk memikirkan jenjang yang lebih tinggi jika siswa kurang informasi
dasar
Masyarakat juga masih menghendaki banyak
hal yang harus diingat
Pertanyaan ingatan masih bisa melibatkan
siswa lebih dari sekedar mengingat fakta, jika siswa diminta mengingat
konsep-konsep yang luas, generalisasi yang didiskusikan sebelumnya,
definisi-definisi , metode-metode pendekatan pemecahan masalah dan kriteria
evaluasi.
Kelemahan pertanyaan ingatan yaitu:
Guru cenderung terlalu banyak menanyakan
fakta dibanding dengan pertanyaan tingkat tinggi lainnya.
Ingatan fakta-fakta yang dibangun dengan
pertanyaan faktual mudah dan cepat dilupakan siswa
Pertanyaan ingatan biasanya hanya
mengukur pengertian-pengertian yang dangkal
Ingatan fakta-fakta saja sering belum
berarti mengerti.
Tipe Hasil Belajar Pemahaman (C2)
Tipe hasil balajar yang lebih tinggi
dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan susunan kelimat
dengan bahasa sendiri, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam taksonomi Bloom,
kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Namun,
tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk dapat
memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal. Pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori.Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan,
mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris
ke dalam bahasa Indonesia, pemahaman mengartikan Bhineka Tunggal Ika,
mengartikan merah putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang
saklar dll yang sejenis. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang
pokok dengan yang bukan pokok, menghubungkan pengetahuan tentang konjungsi kata
kerja, subjek, dan possesive sehingga tahu menyusun kalimat (Dharma,
2008).
Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat
tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan
seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuensi dari suatu kejadian, dapat memperluas presepsi dalam arti waktu,
dimensi, kasus, ataupun masalahnya (Dharma, 2008).
Meskipun pemahaman dapat dipilahkan
menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas
antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan soal yang
susunannya termasuk subkategori tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut
mempersalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara
pemahaman terjemahan, pemanfsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk
kepentingan penyususunan soal tes hasil belajar (Dharma, 2008).
Karakteristik soal-soal pemahaman sangat
mudah dikenali, tetapi membuat item pemahaman tidaklah mudah. Item pemahaman
dapat disajikan dalam gambar, denah, diagram, dan grafik. Dalam tes objektis,
tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah banyak mengungkapkan aspek pemahaman
(Sudjana, 2005:25).
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa
menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untk
mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus
memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak
sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian
terhadap materi yang diketahuinya (Widodo, 2006). Kata operasional memahami
yaitu Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan, Mencirikan, Merinci,
Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah,
Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali,
Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan, Memperluas, Menyimpulkan,
Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan.
C. Tipe Hasil Belajar Aplikasi (C3)
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi
pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa
ide, teori, rumus, hukum, prinsip, generalisasi dan pedoman atau petunjuk
teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. Aplikasi
yang berulangkali dilakukan pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan
hafalan atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi
baru bila terjadi proses pemecahan masalah. Situasi bersifat lokal dan mungkin
pula subjektif sehingga tidak mustahil bahwa sesuatu itu baru bagi banyak
orang, tetapi sesuatu yang sudah dikenal bagi beberapa orang tertentu.
Mengetengahkan problem baru hendaknya lebih didasarkan atas realitas yang ada
di masyarakat atau realitas yang ada di dalam kehidupan siswa sehari-hari
(Dharma, 2008).
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi
pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi berupa ide, teori, atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:26) terdapat delapan tipe aplikasi dalam
rangka menyusun item tes tentang aplikasi yaitu:
Menetapkan prinsip atau generalisasi
yang sesuai untuk situasi yang baru dihadapi
Menyusun kembali masalah sehingga dapat
menerapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai
Memberikan spesifikasi batas-batas
relevansi suatu prinsip atau generalisasi
Mengenali hal-hal khusus yang terpampang
dari prinsip generalisasi
Menjelaskan suatu gejala baru
berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
Meramalkan sesuatu yang akan terjadi
berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu.
Menentukan tindakan atau keputusan
tertentu dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan
generalisasi yang relevan.
Menjelaskan alasan menggunakan prinsip
dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi.
Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan
suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena
itu, mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak
berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja.
Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan
mengimplementasikan (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya yaitu Menugaskan,
Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi,
Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun , Membiasakan, Mencegah, Menentukan,
Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali, Mengemukakan,
Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan, Mempersoalkan, Mengkonsepkan,
Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun,
Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan.
(Rustaman,2003:42)
D. Tipe Hasil Belajar Analisis (C4)
Analisis adalah usaha memilah suatu
integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya
dan susunannya. Analisis merupakan suatu kecakapan yang kompleks, yang
memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe hasil belajar sebelumnya. Dengan
kemampuan analisis diharapkan siswa mempunyai pemahaman yang komprehensif
tentang sesuatu dan dapat memilah atau memecahnya menjadi bagian-bagian yang
terpadu baik dalam hal prosesnya, cara bekerjanya, maupun dalam hal
sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dikuasai siswa maka siswa akan
dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif (Dharma, 2008).
Analisis adalah usaha memilah suatu
integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya
dan susunannya. Analisis meruapakn kecakapan yang kompleks yang memanfaatkan
kecakapan dari tipe pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Bila kecakapan
analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat
mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif (Sudjana, 2005:27).
Menurut Sudjana (2005:27), untuk
membuat item tes kecakapan analisis memerlukan pengenalan berbagai kecakapan
yang termasuk klsifikasi analisis yaitu:
Dapat mengklasifikasikan kata-kata,
frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.
Dapat meramalkan sifat-sifat khusus
tertentu yang tidak disebutkan secara jelas
Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau
kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan
materinya
Dapat mengetengahkan pola, tata, atau pengaturan
materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan
peruntutan
Dapat mengenal organisasi,
prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya
Dapat meramalkan sudut pandangan,
kerangka acuan, dan tujuan materi yang dihadapinya.
Pertanyaan analisis menguraikan suatu
permasalahan atau obyek ke unsur-unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling
keterkaitan antar unsur-unsur tersebut (Widodo, 2006). Kata oprasionalnya yaitu
Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan, Mendeteksi, Mendiagnosis,
Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan, Megkorelasikan,
Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan,
Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit, Mengaitkan, Memilih,
Mengukur, Melatih, Mentransfer.(Rustaman, 2003:43)
E. Tipe Hasil Belajar Sintesis (C5)
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian
kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir berdasar pengetahuan
hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dapat
dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daipada
berpikir devergen. Dalam berpikir konvergen, pemecahan masalah atau jawabannya
akan mudah diketahui berdasarkan yang sudah dikenalnya. Berpikir sintesis adalah
berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawabannya
belum dapat dipastikan (Dharma, 2008).
Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak
sama dengan mengumpulkannya kedalam satu kelompok besar. Kalau analisis memecah
integritas menjadi bagian-bagian, sebaliknya sintesis adalah menyatukan
unsur-unsur menjadi suatu integritas yang mempunyai arti. Berpikir sintesis
merupakan sarana untuk dapat mengembangkan berpikir kreatif. Seseorang yang
kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreatifitas juga beroperasi
dengan cara berpikir divergen. Dengan kemampuan sintesis, siswa dimungkinkan
untuk menemukan hubungan kausal, urutan tertentu, astraksi dari suatu fenomena
(Dharma, 2008).
Pertanyaan sintesis adalah pertanyaan
tingkat tinggi yang meminta siswa menampilkan pikiran yang original dan
kreatif. Pertanyaan jenis ini menghendaki siswa menghasilkan
komunikasi-komunikasi yang asli, membuat ramalan, dan memecahkan
masalah-masalah (Abimanyu dan Pah, 1985:26).
Berpikir sintesis adalahberpikir
divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan atau jawabannya belum dapat
dipastikan. Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya
ke dalam satu kelompok besar. Mengartikan analisis sebagai memecah integritas
menjadi bagian-bagian dan sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur menjadi
integritas perlu secara hati-hati dan penuh telaah. Berpikir sintesis merupakan
salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif
merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Seseorang yang
kreatif sering menemukan atau menciptakan sesuatu. Kreativitas juga beroperasi
dengan cara divergen (Sudjana, 2005:28).
Menurut Sudjana (2005:28), kecakapan
sintesis dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe yaitu:
Kemampuan menemukan hubungan yang unik.
Artinya menemukan hubungan antara unit-unit yang tak berarti dengan menambahkan
satu unsur tertentu dan unit-unit tak berharga menjadi sangat berharga.
Contohnya kemampuan mengomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam
bentuk tulisan, gambar, simbol ilmiah, dan yang lainnya.
Kemampuan menyusun rencana atau
langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem yang diketengahkan.
Kemampuan mengabstraksikan sejumlah
besar gejala, data, hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis,
skema, dan model.
Mengevaluasi membuat suatu pertimbangan
berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang
tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata
operasionalnya yaitu Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan,
Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun,
Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi,
Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi,
Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas,
Mereparasi, Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi.
(Rustaman, 2003:44)
F. Tipe Hasil Belajar Evaluasi (C6)
Evaluasi adalah pemberian keputusan
tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari tujuan, gagasan, cara bekerja,
pemecahan, metode, materi, dll. Oleh karena itu maka dalam evaluasi perlu
adanya suatu kriteria atau stándar tertentu. Dalam tes esai, stándar atau
kriteria tersebut muncul dalam bentuk frase ”menurut pendapat saudara” atau
“menurut teori tertentu”. Frase yang pertama sukar diuji mutunya,
setidak-tidaknya sukar diperbandingkan sebab variasi kriterianya sangat luas.
Frase yang kedua lebih jelas standarnya. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
siswa dalam evaluasi, maka soal-soal yang dibuat harus menyebutkan kriterianya
secara eksplisit. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Kemampuan evaluasi memerlukan kemampuan
dalam pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Artinya tipe hasil belajar
evaluasi mensaratkan dikuasainya tipe hasil belajar sebelumnya (Dharma, 2008)
Menurut Sudjana (2005:29), kecakapan evaluasi seseorang dapat dikategorikan ke
dalam enam tipe yaitu:
Dapat memberikan evaluasi tentang
ketepatan suatu karya atau dokumen
Dapat memberikan evaluasi satu sama lain
antara asumsi, evidensi, dan kesimpulan, juga keajegan logika dan
organisasinya. Dengan kecakapan ini diharapkan seseorang mampu mengenal
bagian-bagian serta keterpaduannya.
Dapat memahami nilai serta sudut pandang
yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan
Dapat mengevaluasi suatu karya dengan
memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan
Dapat mengevaluasi suatu karya dengan
menggunakan kriteria yang telah ditetapkan
Dapat memberikan evaluasi tentang suatu
karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.
Kata kerja operasional pada jenjang
kemampuan evaluasi yaitu Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai, Mengarahkan,
Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan, Memprediksi, Memperjelas,
Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum,
Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan
(Rustaman, Y. N., Soendjojo, D., Suroso, A. Y., Yusnani, A., Ruchji, S., Diana,
R. & Mimin, N. K. 2003:45).
Ranah Afektif
Indikator afektif merupakan sikap yang
diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran.
Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah satu hakekat
IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun dengan
menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa contoh
sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain itu,
indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya:
bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik,
berkomunikasi dll.
Ranah Afektif, memiliki lima aspek anatara lain yaitu : penerimaan,
memberi respon, penilaian, pengorganisasian, dan karakteristik.
Penerimaan
Kata kerja
operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: bertanya,
menggambarkan, mengikuti, memberi, menyelenggarakan, mengidentifikasi,
menempatkan, menanamkan, memilih, menggunakan.
Memberi Respon
Kata kerja
operasional yang dapat digunakan dalam indikator adalah: menjawab, menaati,
menyetujui, membantu, menceritakan, melaksanakan, mempersembahkan, menuliskan,
menunjukkan.
Penilaian
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: menggambarkan, menerangkan, mengikuti,
mengajak, bergabung, memohon, melapor, bekerja.
Pengorganisasian
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator RPP adalah: mematuhi, mengatur, menggabungkan,
mempertahankan, menggeneralisasikan, menggembangkan.
Karakteristik,
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: mengorganisasi, menyintesiskan,
mempergunakan, mendengarkan, melaksanakan, mempraktekan, memohon, menanyakan,
merevisi, memecahkan masalah, menelaah kembali kebenaran sesuatu.
C. Ranah Psikomotor
Indikator psikomotorik merupakan
perilaku (behavior) siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses
pembelajaran IPA, diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan
atau pembuktian konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya
merangkai, mengukur, membuat, dll.
Ranah Psikomotor, memiliki lima aspek
yaitu: peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan.
Peniruan,
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: merakit, membersihkan, mengubah, membetulkan,
mengencangkan, mengikuti, memegang, memanipulasi, menempatkan, memukul.
Manipulasi
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: merakit, membangun, melapisi, mengebor,
menguatkan, menggurinda, memalu, memperbaiki, mengampelas, menggergaji.
Ketetapan
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: sama dengan manipulasi, tetapi dengan kontrol
yang lebih dari kesalahan lebih sedikit.
Artikulasi,
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator adalah: memeriksa skala, mengalami, mengidentifikasi,
menempatlan, memanipulasi, menjahit, menajamkan, membungkus, menulis.
Pengalamiahan
Kata kerja operasional yang dapat
digunakan dalam indikator RPP adalah: merakit, mendemonstrasikan, menampilkan,
menjalankan, membangun, mengarang.
Diposkan oleh Berlyn Lesnussa di 20.10
Nah
lhoh hampir sama kan?
Itu tadi taaksonomi yang lama Lho..
Ini ni
yang baru!
BLOOM’S
REVISED TAXONOMY
Creating
Generating new ideas, products, or ways of viewing things
Designing, constructing, planning, producing, inventing.
Evaluating
Justifying a decision or course of action
Checking, hypothesising, critiquing, experimenting, judging
Analysing
Breaking information into parts to explore understandings and relationships
Comparing, organising, deconstructing, interrogating, finding
Applying
Using information in another familiar situation
Implementing, carrying out, using, executing
Understanding
Explaining ideas or concepts
Interpreting, summarising, paraphrasing, classifying, explaining
Remembering
Recalling information
Recognising, listing, describing, retrieving, naming, finding
jadi, yang mengalami perubahan adalah sintesis diganti evaluasi, sedangkan C6 yang awalnya evaluasi diganti mencipta. Ini sumber dari dosenku Bu Arfilia. Sebenarnya ada lebih lagi, tapi no edit..
Creating
Generating new ideas, products, or ways of viewing things
Designing, constructing, planning, producing, inventing.
Evaluating
Justifying a decision or course of action
Checking, hypothesising, critiquing, experimenting, judging
Analysing
Breaking information into parts to explore understandings and relationships
Comparing, organising, deconstructing, interrogating, finding
Applying
Using information in another familiar situation
Implementing, carrying out, using, executing
Understanding
Explaining ideas or concepts
Interpreting, summarising, paraphrasing, classifying, explaining
Remembering
Recalling information
Recognising, listing, describing, retrieving, naming, finding
jadi, yang mengalami perubahan adalah sintesis diganti evaluasi, sedangkan C6 yang awalnya evaluasi diganti mencipta. Ini sumber dari dosenku Bu Arfilia. Sebenarnya ada lebih lagi, tapi no edit..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar