Kamis, 25 April 2013

Makhluk Hidup dalam Lingkungan


BAB I
PEMBAHASAN
MAKHLUK HIDUP DALAM EKOSISTEM ALAM
Tidak ada makhluk hidup yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, termasuk manusia. Di dalam suatu lingkungan terdapat makhluk hidup (biotik) dan benda tak hidup (abiotik), seperti udara, air, dan tanah. Kehidupan semua makhluk hidup dapat berlangsung karena adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya. Hubungan tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Di dalam lingkungan terjadi hubungan antar sesama makhluk hidup (simbiosis) ataupun antar makhluk hidup dengan lingkungannya (ekosistem).
A.      Hubungan Antarmakhluk Hidup
Hubungan khusus antarmakhluk hidup disebut simbiosis. Simbiosis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme, dan simbiosis komensalisme.
1. Simbiosis Mutualisme
Simbiosis mutualisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang bersifat saling
menguntungkan. Contohnya, simbiosis antara seekor kerbau dengan burung jalak. Kerbau
memperoleh keuntungan dengan habisnya kutukutu yang menempel di tubuhnya, sedangkan burung jalak merasa untung karena mendapatkan makanan berupa kutu.
Contoh lainnya adalah hubungan antara kupukupu atau lebah dengan tanaman berbunga. Kupu-kupu dan lebah membutuhkan nektar yang terdapat pada bunga sebagai makanannya. Bunga membutuhkan kupu-kupu atau lebah untuk membantu terjadinya proses penyerbukan.
2. Simbiosis Parasitisme
Simbiosis parasitisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang mengakibatkan
makhluk hidup yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan makhluk hidup lainnya mengalami kerugian. Misalnya, hubungan antara tanaman jeruk dengan benalu, bunga raflesia
dengan inangnya, dan kutu dengan hewan tempat ia tinggal. Benalu merasa untung karena mendapatkan makanan dari tanaman jeruk, sedangkan tanaman jeruk dirugikan karena makanannya diambil oleh benalu. Bunga raflesia mengisap makanan yang dibuat tumbuhan inangnya. Akibatnya, bunga raflesia dapat tumbuh subur, sedangkan tumbuhan inangnya lamakelamaan akan mati. Kutu memperoleh makanan dengan mengisap darah dari tubuh hewan yang dihinggapinya, sedangkan hewan yang dihinggapi merasa gatal di kulit dan pertumbuhannya menjadi tidak sehat.
3. Simbiosis Komensalisme
Simbiosis komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup yang menguntungkan salah satu pihak, tetapi tidak merugikan pihak lain.
Simbiosis komensalisme terlihat antara ikan hiu dengan ikan remora. Ikan remora yang berenang di dekat tubuh ikan hiu akan turut menjelajah ke mana pun ikan hiu itu pergi. Ikan remora menjadi aman dari ancaman ikan pemangsa lain karena ikan pemangsa takut terhadap ikan hiu. Sedangkan bagi ikan hiu, ada tidaknya ikan remora tidak berpengaruh terhadapnya.
Contoh simbiosis komensalisme yang lain adalah hubungan antara tumbuhan paku atau anggrek dengan pohon besar dan anemon laut dengan ikan badut.
B.      Hubungan antara Makhluk Hidup dan Lingkungannya
1. Hubungan antara Hewan dan Tumbuhan
Sapi (hewan) membutuhkan rumput (tumbuhan) untuk makanannya. Untuk bernapas, sapi membutuhkan oksigen. Oksigen dihasilkan oleh tumbuhan pada saat fotosintesis. Pada proses fotosintesis, tumbuhan membutuhkan gas karbon dioksida. Karbon dioksida dihasilkan dari pernapasan hewan, tumbuhan, dan alam. Di samping itu, untuk kesuburannya tumbuhan
memerlukan zat-zat mineral yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Zat-zat mineral tersebut
ada yang berasal dari penguraian kotoran sapi atau bangkai hewan yang mati. Dari uraian tersebut, jelas terlihat bahwa antara hewan dan tumbuhan terdapat hubungan yang saling membutuhkan. Hewan membutuhkan tumbuhan dan tumbuhan pun membutuhkan hewan.
2. Hubungan Makan dan Dimakan Antarmakhluk Hidup
Dalam suatu lingkungan, di samping terjadi peristiwa hewan memakan tumbuhan, juga terjadi peristiwa hewan memakan hewan lainnya. Peristiwa ini disebut hubungan makan dan dimakan. Di dalam lingkungan sawah tersebut, tikus akan memakan padi dan ular akan memakan tikus. Peristiwa makan dan dimakan ini dinamakan rantai makanan. Awal suatu rantai
makanan selalu dimulai dari tumbuhan. Hal ini disebabkan tumbuhan dalam suatu rantaimakanan berfungsi sebagai produsen. Produsen adalah penghasil makanan bagi makhluk hidup lainnya. Hewan yang memakan tumbuhan disebut konsumen tingkat pertama. Selanjutnya, hewan yang memakan konsumen tingkat pertama disebut konsumen tingkat kedua.
Adapun hewan yang memakan konsumen tingkat kedua disebut konsumen tingkat ketiga.
Jadi, pada suatu lingkungan dapat ada lebih dari satu rantai makanan. Kumpulan dari beberapa rantai makanan yang berkaitan disebut jaringjaring makanan.
C.      Cara Makhluk Hidup Menyesuaikan Diri Terhadap Lingkungannya
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa lingkungan tempat kita hidup ini selalu berubah dari waktu ke waktu.Tentunya hal ini berpengaruh terhadap mahluk hidup yang ada di dalamnya.Bagaimana mereka dapat melangsungkan kehidupannya dengan tempat hidup (habitat) yang telah berubah dari keadaan semula?
Ada 2 pilihan yaitu dengan cara berpindah tempat untuk mencari tempat hidup yang baru yang lebih cocok untuk tempat tinggal di tampat hidup semula dengan berusaha keras untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Bagi makhluk hidup yang dapat bertahan terhadap pengaruh lingkungan,umumnya akan terus menetap pada tempat tersebut berarti organisme tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Proses penyesuian diri inilah yang disebut dengan adaptasi yaitu salah satu kemampuan yang dimiliki oleh makhluk hidup untuk mempertahankan kelestariannya.
Adaptasi terhadap lingkungan ini merupakan salah satu mekanisme seleksi alam dan seleksi alam merupakan suatu pengaruh,yaitu faktor pengauh yang menjelaskan adanya adaptasi.
            Ada beberapa jenis makhluk hidup yang kita kenal yaitu adaptasi morfologi,adaptasi fisiologi dan adaptasi tingkah laku.
a.Adaptasi Morfologi
            Adaptasi morfologi merupakan suatu penyesuaian makhluk hidup terhadap lingkungannya berdasarkan pada perubahn bentuk dan struktur luar bagian tubuhnya.Misalnya sebagai berikut:
·       Adaptasi morfologi pada hewan
Ø      Kulit keras yang dimiliki kura-kura ,trenggiling ,dan buaya adalah sebagai bentuk adaptasi perlindungan melalui struktur tubuhnya.
Ø      Alat-alat mulut,pada serangga juga berfariasi sesuai dengan adaptasi terhadap makanannya misalnya lebah madu mempunyai lidah yang panjang yang digunakan untuk menghisap nektar.
Ø      Burung mempunyai bentuk kaki dan paruh yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya untuk menangkap dan memakan mangsanya,misalnya burung elang mempunyai paruh yang kuat atas berujung tajam,melengkung yang efektif untuk merobek-robek mangsanya selain itu dia juga mempunyai cakar yang kuat dan tajam untuk manarkam dan mencekram mangsanya.

  • http://www.crayonpedia.org/wiki/images/3/39/Cara_M_D_4.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRGvIlRdU9Ys0PqSExiGT2hXGH7wB6ZTDXLoFM9cLMDtfATyfpPRxad0GyJ1c-oaFHEAGZizV-wKM33KmFOF_6OPOkzr2MzMKsg-Xzj7TB_b0nrr7e5llc86OMflqn5WaqwIFRCSxhg1-2/s200/Adaptasi1.jpg
  •  Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan
Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan dibedakan menjadi sebagai berikut.
Ø      Xeroflt, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering, contohnya kaktus. Cara adaptasi xerofit. antara lain mempunyai daun berukuran kecil atau bahkan tidak berdaun (mengalami modifikasi menjadi duri), batang dilapisi lapisan lilin yang tebal, dan berakar panjang sehingga berjangkauan sangat luas.
Ø      Hidrofit. yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan berair, contohnya teratai. Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis, serta mempunyai banyak stomata.
 http://www.crayonpedia.org/wiki/images/b/b9/Cara_M_D_13.jpg

Ø      Higrofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan lembap, contohnya tumbuhan paku dan lumut.
b.Adaptasi Fisiologi
             Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat-alat tubuh organisme terhadap lingkungannya. Kita tidak mudah mengamati adaptasi fisiologi karena adaptasi fisiologi menyangkut fungsi alat-alat tubuh yang umumnya terletak di bagian dalam tubuh. Contoh
adaptasi fisiologi adalah sebagai berikut.
  • Adaptasi Fisiologi pada Hewan
Berdasarkan jenis makanannya, hewan dapat dibedakan menjadi karnivor (pemakan daging). herbivor memakan tumbuhan), serta omnivor (pemakan daging dan turnbuhan). Penyesuaian hewan-hewan tersebut terhadap jenis makanannya. antara lain terdapat pada ukuran (panjang) usus dan enzim pencernaan yang berbeda. Untuk mencerna tumbuhan yang umumnya mempunyai sel-sel berdinding sel keras, rata-rata usus herbrvor lebih panjang daripada usus karnivor:
  • Adaptasi Fisiologi pada Tumbuhan
Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh serangga mempunyai bunga yang berbau khas.
c.Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian organisme terhadap lingkungan dalam bentuk tingkah laku. Kita dapat dengan mudah mengamati adaptasi ini. Contoh adaptasi tingkah laku adalah sebagai berikut.
  • Adaptasi Tingkah Laku pada Hewan
  1. Bunglon melakukan mimikri, yaitu mengubah-ubah warna kulitnya sesuai dengan warna lingkungan/tempat hinggapnya. Dengan mengubah warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya, bunglon terlindung dari pemangsanya sekaligus tersamar dari hewan yang akan dimangsanya. Dengan demikian, bunglon dapat terhindar dari bahaya dan sekaligus lebih mudah menangkap mangsanya.
  2. Cumi-cumi mengeluarkan tinta/cairan hitam ketika ada bahaya yang mengancamnya. Cumi-cumi juga mampu mengubah-ubah warna kulitnya sesuai dengan warna lingkungannya.
  3. Dalam keadaan bahaya, cecak melakukan autotomi, yaitu memutuskan ekornya. Ekor cecak yang terputus tetap dapat bergerak sehingga perhatian pemangsanya beralih pada ekor tersebut dan cecak dapat menyelamatkan diri.
·       Adaptasi tingkah laku pada tumbuhan
Pada musim kemarau. tumbuhan tropofit, misalnya pohon jati dan randu, menggugurkan daunnya.
D.     KESEIMBANGAN EKOSISTEM
Ekosistem akan baik jika terjadi hubungan yang seimbang antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sebaliknya, ekosistem akan rusak jika keseimbangan antara makhluk hidup dan
lingkungan dirusak atau diganggu. Jika suatu lingkungan mengalami perubahan maka ekosistem yang terdapat di situ akan mengalami perubahan juga. Perubahan lingkungan dapat terjadi secara alamiah dan perubahan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.
1.        Perubahan Ekosistem secara Alamiah
Jika terjadi gunung meletus di Gunung Merapi maka makhluk hidup di sana akan banyak yang mati. Begitu pula dengan bencana alam gempa yang terjadi di Indonesia. Dengan peristiwa alam yang terjadi, ekosistem akan berubah secara drastis. Dalam sebuah ekosistem, jika salah satu makhluk hidup berkurang makan akan mempengaruhi keadaan makhluk hidup yang lainnya.
Peristiwa alam lain yang juga dapat merusak kesimbangan ekosistem adalah kebakaran hutan. Baik disengaja maupun tidak sengaja kebakaran hutan mengakibatkan kerusakan ekosistem yang ada di dalamnya. Bahkan dapat memusnahkan makhluk hidup yang ada di dalamnya.


2. Perubahan Ekosistem Akibat Perbuatan Manusia
Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhannya, manusia memanfaatkan alam dan lingkungannya. Namun pemanfaatannya secara berlebihan tanpa memikirkan akibatnya. Seperti, penebangan pohon secara terus menerus, perburuan hewan liar, penggunaan bahan kimia yang berlebihan (pupuk, pestisida, dan lain-lain) secara berlebihan serta pembakaran hutan secara sengaja.
E.      Pemanfaatan Hewan dan Tumbuhan oleh Manusia
Manusia banyak memanfaatkan hewan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti untuk memenuhi kebutuhan protein, untuk obat, bahkan untuk membuat berbagai kerajinan yang berbahan kulit hewan. Selain memanfaatkan hewan, manusia juga banyak memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti, untuk bahan makanan, untuk membuat kerajinan berbahan kayu, untuk kayu bakar, dan lain-lain.
F.       Cara Menjaga Keseimbangan Ekosistem
Manusia dan alam adalah satu kesatuan yang sangat erat kaitannya. Manusia membutuhkan alam untuk dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, sedangkan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestarian alam itu sendiri. Sehingga keseimbangan ekosistem akan tetap terjaga dengan adanya usaha manusia untuk melestarikan ekosistem dan pemanfaatan yang tidak berlebihan.

BAB II
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Tidak ada makhluk hidup yang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, termasuk manusia. Di dalam suatu lingkungan terdapat makhluk hidup (biotik) dan benda tak hidup (abiotik), seperti udara, air, dan tanah. Kehidupan semua makhluk hidup dapat berlangsung karena adanya dukungan dari lingkungan sekitarnya. Hubungan tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Di dalam lingkungan terjadi hubungan antar sesama makhluk hidup (simbiosis) ataupun antar makhluk hidup dengan lingkungannya (ekosistem).
Hubungan sesama makhluk hidup meliputi simbiosis mutualisme, simbiosis komensalisme, dan simbiosis perasitisme. Sedangkan dalam ekosistem terjadi hubungan antara hewan dengan tumbuhan dan hubungan makan dan dimakan antarmakhluk hidup. Dengan adanya peristiwa tersebut, makhluk hidup memiliki cara yang berbeda untuk bertahan hidup baik dalam hal memperoleh makanannya maupun melindungi diri supaya tidak dimakan oleh makhluk hidup lain dengan cara adaptasi.
Ekosistem merupakan hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya sehingga harus dijaga keseimbangannya. Keseimbangan ekosistem sangatlah penting demi kelangsungan hidup makhluk hidup. Akan tetapi, ekosistem dapat berubah karena adanya pengaruh baik pengaruh dari alam maupun manusia.

b.      Saran
Sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan yang lebih baik dari makhluk lain, sudah selayaknya jika kita harus mensyukuri karunia Tuhan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan kita dan menjaga keseimbangan ekosistem dimana kita hidup di dalamnya dengan cara yang bijaksana.

DAFTAR PUSTAKA
Azmiyawati, Choiril, Wigati Hadi Omegawati dan Rohana Kusumawati.2008. IPA Salingtemas untuk kelas V.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rosilawaty, S., dan Aris Muharram.2008.Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas IV.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rosilawaty, S., dan Aris Muharram.2008.Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk kelas VI.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sulistyanto, Heri dan Edy Wiyono.2008.Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas VI.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Yayatibayati, Sri Anggraeni dan Lilis.2008.Ilmu Pengetahun Alam kelas VI. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar